Kekuatan Memaafkan - Karang Taruna "GEMMA" Kauman-Sidorejo | Migunani Tumraping Liyan

Selasa, 10 Mei 2022

Kekuatan Memaafkan

Kekuatan maaf ituah yang dirasakan oleh Abu Mahjan. Seorang peminum kelas berat berubah menjadi mukmin yang taat. Dia berubah, menemukan jalan hidayah melalui proses mujahadah yang luar biasa. Tidak ada orang yang jahat yang tidak punya masa depan. Tidak ada orang hebat yang tak punya masa lalu.


Kekuatan Memaafkan

Abu Mahjan, seorang prajurit Muslim yang andal tetapi tertangkap basah sedang minum khamr hingga mabuk dan kehilangan kesadarannya dalam kecamuk perang Qadisiyah. Kemudia dia diikat kakinya oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Perang terus berkecamuk dengan sengit. Kuda-kuda kaum muslimin berlarian pontang-panting karena dipukul hebat oleh tentara musuh. Di tengah kecamuk perang yang dahsyat itu, dia terbangun, sadar dalam pengaruh minuman kerasnya.

Jiwa keprajuritannya tergugah. Jiwa petarung dia membumbung. Semangat juang begitu menjulang.

Keimanannya tertantang, “Betapa sedih hati ini, menyaksikan kuda-kuda dihalau keluar dengan batang lembing. Kini aku diikat sehingga tidak dapat maju ke medan tempur.”

Dia pun memohon kepada Ibnah Hafsah, istri dari sang Panglima Sa’ad bin Waqqash agar berkenan melepaskan ikatannya itu dengan sebuah komitmen janji setia bahwa jika dirinya hidup seusai pertempuran, dia akan kembali dan mengikatkan kedua kakinya kembali. Namun jika mati maka, “Kalian akan terbebas dari pertanggung-jawaban mengenai diriku.”

Dilepaskanlah dia dari ikatan dan segeralah dia menyambar kuda milik Sa’ad, Balqa namanya. Karena Sa’ad terluka, komando kepemimpinan diambil alih khalid bin ‘Arqathah.

Dengan tombaknya, Abu Mahjan menerjang musuh. Dengan pedangnya, Abu Mahjan menewaskan puluhan musuh. “ Ini adalah malaikat,” begitu seseorang berseru di tengah kecambuk perang.

Menyaksikan hal tersebut, maka Sa’ad bin Abi Waqqash  berucap, “Kesabaran adalah kesabaran Balqa, dan kemengan di raih Abu Mahjan.”

Setelah pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan musuh, Abu Mahjan kembali ke tempatnya dan mengikat kedua kakinya, untuk melanjutkan hukuman yang harus dijalaninya.

Ibnah Hafsah menanyakan perihal Abu Mahjan kepada suaminya, Sa’ad bin Abi Waqqash menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan mendera kepada seorang yang membawa kemenangan kepada kaum Muslimin.” Maka Abu Mahjan pun dilepas.

Kepada Sa’ad, Abu Mahjan menceritakan bahwa konsekuensi dia meminum khamr penuh kesadaran kalau dirinya akan dijatuhi hukuman. Siap dengan hukuman itu. “Hukuman itu akan mensucikanku dari minum khamr, “ ucapnya.

Namun dengan dibebaskannya dia dari hukuman menbuat kesadaran terdalam dari keimanannya semakin menghujam kuat, “Maka demi Allah, aku tidak akan minum khamr lagi selamanya.”

Itulah Abu Mahjan, pahlawan sejati yang berani mengambil inisiatif di tengah kegentingan sehingga bisa berperan di detik-detik kritis yang menentukan. Injury time. Waktu yang begitu berharga.

Dari kisah Abu Mahjan kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa waktu permaafan yang diberikan seseorang kepada orang lain bisa menjadi jalan kepahlawanan, abadi sepanjang zaman. Ayo bangkitlah kawan.