Menakar Kualitas Cinta Kepada Allah - Karang Taruna "GEMMA" Kauman-Sidorejo | Migunani Tumraping Liyan

Sabtu, 07 Mei 2022

Menakar Kualitas Cinta Kepada Allah

Cinta kepada Allah tidaklah bisa diukur dengan kesaksian syahdu kalimat tauhid saja. Tetapi harus dibuktikan secara nyata dalam keasyikan perilaku dan dirasakan keindahannya dengan hati yang menghamba dan perasaan yang membara. Selama ini kita sadar dan mengakui bahwa Allah Pencipta kita, Tuhan kita, Sesembahan kita, Pelindung kita, Pengayom kita, Pengatur kita, Pemberi rezeki dan kehidupan kita, dan Dia pula yang mematikan kita. Kesadaran ini lah yang mendorong kita untuk mencintai Allah yang menjadi penyejuk hati, kehidupan jiwa, kebahagiaan sukma, energi batin, cahaya akal, dan budi pekerti, penerang pandangan, dan pelipur lara.


Menakar Kualitas Cinta Kepada Allah


Sesungguhnya kadar cinta kita kepada Allah bertingkat-tingkat, ada yang tinggi, sedang dan rendah. Sementara Allah telah mensyariatkan bahwa cinta hamba yang beriman haruslah cinta yang mendalam dan paling tinggi kepada-Nya. “Orang-orang yang beriman sangat mendalam cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)

Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, cinta itu disebut tatayyum yang objeknya adalah Allah dan buahnya penghambaan dengan ketundukan mutlak dan persembahan ibadah kepada-Nya secara total. Ketetapan tersebut mengkoreksi cinta orang-orang musyrik yang menyamakan cinta kepada Allah sama dengan cinta kepada sekutu-sekutu selain-Nya. Itulah praktek syirik cinta.

Lebih tegas lagi Dia berfirman :

“Katakanlah, ‘Jika bapak, anak, saudara, istri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan putusan-Nya. ‘ Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah : 24)

Ayat diatas mendesain secara permanen dan abadi tentang struktur cinta yang menempatkan cinta tatayyum kepada Allah pada peringkat tertinggi, kemudian cinta yang indah kepada Rasul-Nya, lalu cinta yang membara kepada perjuangan jihad di jalan-Nya. Siapa pun yang tidak membangun cintanya demikian dan terjadi kerancuan dalam urutan tersebut, maka dia akan terancam dengan azab, kesesatan dan kefasikan.

Cinta kepada Allah berarti Anda harus mengutamakan segala sesuatu yang disenangi Allah di atas diri, jiwa, harta benda dan segala yang lain. Anda harus berusaha selalu taat kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian, kemudian setiap saat selalu mengkoreksi kekurangan dan kelalaian diri Anda dalam mencintai-Nya. Cinta kepada Allah juga mendorong seseorang melakukan kewajiban dan meninggalkan larangan, memacunya berlomba dalam ibadah sunah, mencegahnya berbuat hal-hal yang makruh dan menghindarinya dari perkara-perkara mubah yang tidak patut diprioritaskan.

Semakin kuat dorongan cinta dalam hati seseorang, akan semakin kuat pula dorongan untuk melaksanakan ketaatan serta menghindari kemaksiatan dan pelanggaran. Sebab kemaksiatan dan pelanggaran hanya terjadi akibat lemahnya dorongan cinta dalam diri seseorang. Mari wujudkan kesungguhan cinta kita dengan memanjatkan doa yang diajarkan Rasulullah, “Aku memohon kepada-Mu agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang mendekatkan diriku untuk mencintai-Mu”.

Semoga bermanfaat.